CAK PRAGOS
CETAK PEMIMPIN MELALUI PROGRAM KOORDINATOR KELAS
Datang, duduk, diam adalah istilah dan fenomena yang sering kali saya temui saat mengajar murid baru, hal ini pun biasa terjadi diberbagai komunitas, memulai untuk lebih transparan dan aktif dalam menyampaikan aspirasi serta gagasan di muka umum yang seharusnya menjadi tempat terbaik menjadi pilihan kedua, berbicara diluar forum menjadi kebiasaan yang sulit dibendung. Pengalaman menjadi seorang guru usai kenaikan kelas sering sekali menemui bangku depan merupakan bangku pilihan terakhir saat menghadiri kelas sehingga perlu himbauan untuk memenuhi bangku depan. Siswa tunjuk jari sendiri adalah hal yang jarang terjadi saat dibutuhkan respon, kecenderungan memilih orang lain menjadi opsi terfavorit. Hal ini menjadi salah satu factor penghambat keberhasilan belajar. Fenomena tersebut telah menjadi kebiasaan dimana kita berasumsi bahwa tidak ada dampak signifikan yang berpengaruh pada perkembangan mentalitas bangsa dan karakter profil pelajar Pancasila utamanya mandiri, kreatif dan bernalar kritis, namun justru sebaliknya karena mental murid yang kuata akan emnjadi modal utama kemajuan bangsa.
Tantangan merubah kebiasaan atau paradigma diatas merupakan hal yang cukup kompleks. Banyak pendidik yang kurang menyadari bahwa salah satu pendorong kemajuan bangsa bisa diperoleh dari kuatnya mentalitas generasi bangsa, pembentukan karakter mandiri, dinamis, kreatif dan bernalar kritis yang seringkali hanya sebagai phrase dalam sebuah rencana pembelajaran maupun modul ajar. Tantangan yang tak kalah rumit ialah pada saat seorang pendidik kurang mampu memberi kesempatan yang sama pada setiap murid untuk mencapai karakter yang di idam – idamkan. Sistem yang terdapat di setiap pembelajaran masih berpusat pada stuktur organisasi yang terbentuk yakni pemimpin kelas adalah seorang ketua kelas saja, sistem semacam ini perlu disempurnakan sehingga pemerataan kesempatan dapat tercapai sebagai langkah awal.
Menelaah problematika serta tantangan yang dihadapi para pendidik, kita harus sepakat bahwa ada hal yang perlu dirubah sedikit demi sedikit melalui kegiatan penyempurnaan sistem pembelajaran dan pembiasaan kelas. Setelah kurun waktu setahun dilakukan di kelas 6 tahun ajaran 2022/2023 menerapkan CAK PRAGOS (Cetak Kepemimpinan melalui Program Koordinator Kelas). Dalam kelas terdapat struktur organisasi yang mana tanggung jawab terbesar berada pada pengurus kelas kemudian pengurus diberi wewenang untuk mengatur jadwal piket. Dari petugas piket harian diambil dua diantaranya menjadi koordinator kelas secara bergantian dan bersiklus. Disertai pengisian jurnal koordinator kelas yang terdiri dari kalendar akademik, presensi kehadiran, catatan khusus, dan catatan apresiasi, para koordinator kelas menjadi penanggung jawab penuh atas keyakinan kelas serta administrasi jurnal yang telah tersedia. Membantu guru dalam menyiapkan kelas, memimpin doa, kegiatan pembiasaan positif, mengecek kehadiran setelah waktu istirahat, dan menutup pintu kelas. Runtutan tugas koordinator bisa disepakati saat pembentukan keyakinan kelas. Keyakinan kelas dibentuk diawal semester ganjil dan berlangsung selama satu tahun ajaran sehingga mampu mendorong sebuah kebiasaan yang positif yang mampu menumbuhkan kepemimpinan, kepercayaan diri, tanggung jawab dan disiplin murid. Siklus yang diharapkan mampu memeratakan penugasan koordinator, hal ini dapat dikontrol langsung oleh pengurus kelas dan guru, namun guru harus menghormati hirarki kepengurusan yang telah terbentuk sehingga beberapa keputusan dapat diperoleh dari pengurus kelas. Tindak lanjut terhadap catatan khusus dan apresiasi dilakukan oleh guru sehingga murid memahami dan mampu merefleksikan dirinya ke arah yang lebih baik hari demi hari.
CAK PRAGOS menjadi program yang progresif apabila pusat kontrol guru sebagai fasilitator kelas mampu menumbuhkan konsistensi dalam pembelajarannya. Perubahan yang telah dilakukan selama setahun terakhir memunculkan bibit pemimpin baru dalam diri murid. Berada pada baris depan membuat murid tumbuh kepercayaan diri dan mampu bernalar kritis terhadap suatu masalah yang terjadi, dampak dari penerapan sudah menuai hasil, beberapa siswa yang sebelumnya nampak enggan untuk maju namun dengan pembiasaan sebagai koordinator, guru tak lagi sulit meminta murid maju dan berpendapat. Jika hal ini dapat diterapkan terus menerus ke depan Indonesia memliki bakal pemimpin yang cakap, disiplin dan bertanggung jawab.