BERMAIN KERETA API BILBUL DALAM MAPEL MATEMATIKA
Matematika bagi kebanyakan orang merupakan pelajaran yang membosankan. Hamparan angka-angka yang bertebaran di lembaran tugas sudah membuat galau orang yang memandang lembaran tersebut. Namun bagi yang menyukai matematika tentu hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi mereka.
Pengalaman saya menjadi guru, banyak murid yang cepat menyerah dan tidak bersemangat belajar matematika. Termasuk ketika saya masuk di kelas 6 mengajarkan materi operasi penjumlahan bilangan bulat. Ketika mengajar materi tersebut saya memulai dengan menanyakan pengetahuan dasar tentang bilangan bulat pada mereka. Dimulai dengan cara penulisan, cara membaca dan membandingkan mana yang terbesar dan terkecil.
Ternyata dalam membedakan mana bilangan bulat yang nilainya lebih besar dan lebih kecil mereka belum terlalu faham. Sehingga ketika saya memberikan beberapa soal tentang hal tersebut, mereka terlihat bingung, tidak dapat menjawab dengan baik dan saling mencontek ketika mengerjakannya. Maka saya mulai menjelaskan kembali materi membandingkan dua bilangan bulat dengan sedetail mungkin dengan menggunakan garis bilangan. Setelah itu mencoba mereka satu persatu ke depan. Ketika saya rasa mereka sudah faham membandingkan bilangan bulat maka saya masuk ke materi penjumlahan bilangan bulat.
Saya pun mulai menjelaskan materi tersebut dengan perlahan. Saya jelaskan langkah-langkah penyelesaiannya dan memberikan penjelasan dengan menggunakan perumpamaan dalam keadaan sehari-hari. Setelah selesai saya buka sesi pertanyaan, hanya ada beberapa murid yang bertanya. Setelah saya jawab pertanyaan mereka, saya buka kembali sesi tanya jawab. Kelas menjadi hening, tidak ada yang bertanya kembali. Ketika saya tanyakan apa mereka sudah mengerti, mereka dengan serentak menjawab mengerti.
Para murid sudah merasa paham, maka saya berikan beberapa soal untuk melihat apakah benar mereka sudah paham atau belum. Ketika mereka mulai mengerjakan keadaan kelas masih terlihat kondusif. Namun lama-kelamaan kelas mulai ribut, para murid terlihat galau dan kebingungan. Hanya ada beberapa murid yang maju ke meja saya untuk bertanya kembali tentang soal tersebut. Ada juga yang bertanya ketika saya berjalan ke meja mereka. Ada juga yang tidak mau bertanya dan bertahan dengan kebingungannya. Secara keseluruhan anak-anak terlihat tidak bergairah mengerjakannya, kurang bersemangat dan kurang tertarik untuk berusaha mengerjakannya.
Setelah melihat hasil tugas mereka dan kondisi kelas selama pembelajaran, maka saya harus merubah strategi pembelajaran saya. Pembelajaran matematika itu memang butuh konsentrasi yang baik dan butuh kenyamanan dalam mempelajarinya. Jika murid sudah merasa tidak nyaman kurang antusias maka proses pembelajaran itu tidak akan berjalan dengan baik. Maka mulai lah terpikir oleh saya untuk menggunakan permainan dalam materi bilangan bulat.
Saya namakan permainannya “Kereta Api BilBul”. Saya ajak anak-anak ke lapangan, saya meminta para murid membuat garis bilangan dengan tali. Para murid saya bagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok yang bermain adalah kereta api. Saya ajarkan sebuah lagu tentang penjumlahan bilangan bulat kepada mereka yang berisi tentang materi penjumlahan bilangan bulat. Jika angka negatif maka harus bergerak/ melangkah ke kiri sebanyak jumlah angkanya. Jika angka positif maka bergerak ke kanan sejumlah angka positifnya. Selanjutnya saya jelaskan permainan tersebut kepada mereka. Dimana setiap kelompok yang ditunjuk untuk bermain akan bersiap pada garis bilangan 0. Kemudian kelompok lain akan ditunjuk untuk memberikan soal. Contoh jika soalnya -10 + 2 artinya kelompok kereta api yang sudah bersiap di bilangan 0 akan melangkah ke kiri sebanyak 10 langkah selanjutnya akan melangkah ke kanan sebanyak 2 langkah. Maka akan kereta apai akan berhenti di -8. Maka -10+2 = -8. Setelah paham maka permainan “Kereta Api BilBul (Bilangan Bulat) dimulai. Diawali dengan menyanyikan lagu bibul terlebih dahulu agar murid ingat kuncinya dan menjadi lebih bersemangat. untuk lebih jelasnya dapat melihat video permainan kereta api bilbul di link berikut https://youtu.be/jhfYcp34d0U?si=x7ikoDrgR7HWU5rQ
Ternyata anak-anak sangat antusias memainkan permainan tersebut, dan mulai memahami cara penjumlahan bilangan bulat tersebut. Mereka bersemangat belajar materi tersebut Karena mereka tidak hanya terpaku di kelas di depan meja dan disebuah lembaran kertas. Mereka juga bekerja secara berkelompok sehingga mereka saling melengkapi dan saling berdiskusi menjawab soal dalam permainan tersebut. Mereka tertawa bersama, berpikir bersama, berdebat dan tertawa lagi. Tidak terlihat wajah galau dan stress di wajah mereka ketika menjawab soal-soal tersebut. Bahkan ketika pelajaran selesai, para murid tidak mau diakhiri. Bahkan mereka minta bermain lagi dan diberi soal kembali.
Kondisi pembelajaran yang seperti ini tentu sangat berbanding terbalik dengan kondisi awal dimana mereka merasa belajar matematika itu adalah sebuah beban bagi mereka. Belajar matematika itu pasti membosankan dan membuat pening kepala. Tapi setelah menggunakan permainan dalam pembelajaran matematika ternyata mereka merasa asyik, merasa menyenangkan. Bahkan ketika para murid kita merasa sudah paham dengan materi tersebut, mereka tidak akan mau berhenti, mereka akan terus berusaha mengerjakan soal yang belum mereka temukan jawabannya. Menggunakan permainan dalam pembelajaran matematika adalah salah satu cara kita bagi para guru untuk menjembatani tipe gaya belajar para murid yang berbeda-beda. Dengan beragam strategi pembelajaran yang kita berikan akan memberikan peluang bagi para murid untuk memahami pembelajaran yang sesuai dengan dirinya. Mari memberikan pembelajaran yang berpusat pada murid agar pembelajaran tersebut bias bermakna dan meninggalkan kesan bagi para murid kita.